Mobirise Website Builder

Tren Perjalanan Tanpa Suara: Wisatawan Mencari Ketenangan dan Kedekatan dengan Alam

Abie - 02 Jul 2024

Di tengah keramaian destinasi wisata yang mengalami over-tourism, muncul tren perjalanan tanpa suara yang menarik minat para pelancong. Tren ini dipicu oleh keinginan banyak orang untuk menikmati keheningan yang menghidupkan kembali jiwa mereka dari kebisingan kehidupan sehari-hari, termasuk lalu lintas yang ramai, gangguan teknologi yang konstan, dan ritme hidup modern yang terus berjalan cepat.


Namun, dalam konteks ini, "keheningan" bukanlah sekadar ketenangan ruang kosong, melainkan kedamaian yang ditemukan dalam keberadaan alam yang asli, jauh dari kebisingan dan gangguan perkotaan. Mereka yang menikmati pengalaman ini mencari penyegaran bagi kehidupan mereka, untuk menyambungkan kembali dengan inti diri dan alam di sekitar mereka.


Silent travel, seperti yang dilaporkan oleh Conde Nest Traveller, dan dikutip tempo.co, meliputi berbagai pengalaman mulai dari retret senyap, kabin detoks digital, hingga tur berjalan kaki tanpa suara. Konsep ini memfasilitasi koneksi kembali dengan alam, nilai-nilai esensial, dan dengan diri sendiri. Ini adalah bentuk perjalanan yang memperhatikan dan memberikan makna, yang tidak membuat wisatawan merasa perlu berlibur dari liburan itu sendiri.


Salah satu faktor utama di balik tren ini adalah kesadaran yang semakin meningkat tentang pentingnya kesehatan mental dan kesejahteraan. Kehidupan perkotaan yang sibuk sering kali menimbulkan stres dan kecemasan, yang menjadi masalah umum di banyak orang. Oleh karena itu, menyediakan waktu untuk menemukan keheningan dianggap sebagai strategi yang efektif dalam mengatasi tekanan-tekanan ini, memungkinkan para pelancong untuk bersantai dan menemukan kedamaian dalam diri mereka sendiri.


Penelitian menunjukkan bahwa menghabiskan waktu dalam keheningan memberikan manfaat besar bagi kesehatan mental, membantu dalam mengelola stres, meningkatkan kreativitas, dan membuat orang merasa lebih tenang dan seimbang secara emosional. Selain itu, dorongan untuk mencari pengalaman perjalanan yang otentik dan bermakna juga mendorong tren ini. Pengalaman sederhana seperti menyaksikan matahari terbit di pegunungan yang sunyi atau mendengarkan suara ombak di tepi pantai memiliki dampak mendalam bagi wisatawan.


Peran teknologi juga menjadi faktor penting dalam meningkatnya popularitas silent travel. Meskipun teknologi telah membuat hidup lebih nyaman, namun penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan berupa notifikasi dan distraksi yang konstan. Oleh karena itu, untuk melarikan diri dari gangguan tersebut, orang memilih destinasi yang jauh dari jangkauan internet dan perangkat elektronik.


Ada banyak pilihan tempat yang dapat dinikmati oleh para pecinta silent travel, mulai dari perjalanan ke gunung hingga pulau terpencil. Wisatawan dapat mencoba berbagai pengalaman seperti retret meditasi, detoksifikasi digital di dalam kabin hutan, atau bahkan hanya mengurangi penggunaan headphone untuk menciptakan ketenangan dalam hidup mereka.

Terkait

Baca berita terbaru tentang Category

© Copyright 2024 Jurnal Sukabumi - All Rights Reserved